Bolmong,- Bupati Bolaang Mongondow menjad salah satu narasumber yang dilaksanakan oleh Tempo Media dalam discusshe dengan mengangkat tema “Perempuan Penggerak Ekonomi di Masa Pandemic”
Kegiatan ini Dalam rangka memperingati Hari Kartini tahun 2021, Tempo Media melibatkan narasumber perempuan skala nasional, yang menempati posisi penting mulai dari Pemerintahan, Pengusaha dan Pengamat. Jumat (23/4)
Adapun narasumber diantaranya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM, Kementerian BUMN, Loto Srinaita Ginting, Bupati Bolaang Mongondow, Yasti S Mokoagow, Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita, Ekonom INDEF, Enny Sri Hartati, dan dipandu moderator Retno Sulistyowati, Redaktur Ekonomi Bisnis Majalah Tempo.
Menariknya ditengah tengah perempuan hebat, berkaliber nasional itu hadir Bupati Bolaang Mongondow, Yasti S Mokoagow. Kepala daerah perempuan ke dua di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) ini memang dikenal dari berbagai program yang pro rakyat. Dibawah kepemimpinanya Kabupaten Bolmong mampu bertahan ditengah pukulan pandemic Covid-19. Kabupaten Bolmong mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 sebesar 7,3 persen. Angka yang paling tinggi se provinsi Sulawesi Utara dan ada diatas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional saat pandemic.
Bupati Bolmong saat saat diberikan kesempatan oleh moderator dalam discusShe yang digagas oleh Tempo Media, memaparkan langkah langkah penyelamatan ekonomi di daerah saat pandemic pada tahun 2020 lalu. Berikut penjelasan Bupati Bolmong Yasti S Mokoagow lewat YouTube Tempo Media.
Menurutnya, Bolmong ini adalah satu kabupaten di antara 15 kabupaten di Sulut. kabupaten Bolmong yang terluas, dengan luas wilayah kami 26 persen secara keseluruhan Provinsi Sulut. Kami sangat kaya akan Sumber Daya Alam. Kami memiliki kurang lebih 70.000 lahan perkebunan untuk tanamn jagung. 24.000 lahan pertanian, ada 50.000 untuk kelapa dalam, 5000-an untuk tanaman holtikultura. Kemudian ada kopi sekitar 7000 hektar, serta ada coklat dan lain sebagainya.
Disaat masa pandemic, Pemerintah dan masyarakat tidak begitu sulit mengatasi perekonomian. Pemerintah memberikan berbagai stimulus yang utamanya dibidang pertanian. bantuan bibit, bantuan pupuk kepada petani kami berikan. Kami juga melakukan kampanye agar supaya masyarakat tetap melaksanakan aktifitas berkebun, yang berprofesi nelayan tetap nelayan karena kita memiliki bibir pantai kurang lebih 121.000 Km. Saya mengajak mereka tetap melaut, kemudian petani tetap berkebun.
Kami juga melakukan optimalisasi lahan pertanian, artinya ada lahan yang belum di garap kami membuatkan Peraturan Bupati, dimana kepala desa kami minta untuk mendata semua lahan yang ada di masing masing desanya. Untuk mendata yang sudah di garap dan belum di garap. Kalau yang belum di garap, Pemerintah akan ikut campur disitu, Pemerintah akan meminta mereka bercocok tanam, atau bisa dipinjamkan ke masyarakat lain untuk tanaman bulanan, tiga atau empat bulan sudah panen. Ini yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Bolmong di masa pandemic naik dari 7 persen jadi 7,3 persen. Tertinggi di Sulut dan diatas rata rata nasional yang pada saat itu banyak daerah minus pertumbuhan ekonominya.
Kenapa saya masuk ke wilayah pertanian, karena memang kita memiliki lahan pertanian yang begitu luas dan harus di manfaatkan. Hari ini, untuk melanjutkan produksi pertanian kami, yang tidak lain adalah lumbung beras provinsi Sulut, dan daerah sekelilingnya. Kami berkerja sama dengan OJK. Dimana tadi, Bu Menteri sudah menyampaikan. Dimana OJK melihat potensi putaran ekonomi yang lebih besar ada di kabupaten Bolmong. OJK menghimpun perbankan nasional dan daerah, dan menghimpun juga pembeli dalam hal ini Java atau Pokban, tergantung OJK karena kita sudah dua kali rapat dengan OJK dan Insya Allah bulan depan sudah ada keputusannya.
Dimana kami memberikan bantuan pada saat pandemic kurang lebih Rp 30 Miliar untuk bibit dan pupuk kepada petani. Itu hanya mampu untuk 14.500 hektar lahan petani. Kalau saja pemkab Bolmong memberikan subsidi, karena bunga pinjaman kredit UMKM itu 6 persen, Rp 300 Miliar hanya Rp 18 miliar, Rp 30 Miliar menghasilkan pertumbuhan ekonomi 7,3 persen di masa pandemic. Kalau kemudian Rp 300 Miliar pinjaman dari perbankan dan subsidi bunga diberikan pemerintah daerah , bisa kita bayangkan berapa besar putaran uang disitu.
Saya memberikan contoh 50.000 hektar lahan kita tanami jagung. Satu hektar lahan itu bisa menghasilkan 5 Ton jagung dengan harga 4000 per Kg. Kalau 4000 per 1 kg, didalam satu hektar itu ada 5 ton berarti masyarakat mendapatkan Rp 20 juta perhektar kalau kita kali dengan 50.000 hektar ada Rp 1 Triliun untuk 3 bulan masa tanam. Putaran ekonominya luar biasa, itu baru poin jagung, belum lagi padi.
Untuk padi, kami kerja sama dengan Universitas Samratulangi. Dimana Rektornya Prof Dr Ellen J kumaat, kami mengembangkan padi jenis sulutan. Saat ini petani kita hanya mampu memproduksi padi 3 sampai 4 Ton gabah. Padi jenis sulutan ini mampu memproduksi 6 sampai 7 ton gabah. Artinya terjadi intensifikasi pertanian yang luar biasa untuk padi. Oleh sebab itu kami meminta Pemerintah pusat harus hadir disini. Kita lihat potensi potensi ekonomi itu bergerak dari desa. Kalau ini kita serius, saya yakin pak Darwis ketua OJK Sulut mungkin beliau sudah nonton, program ini bisa jalan di bulan juli dan semester kedua. Triwulan III Insya Allah nanti sudah bisa melihat hasil yang luar biasa. Dan pertumbuhan ekonomi di Bolmong bisa diatas 7,3 persen kalau program ini jalan.
Itu yang kami lakukan disaat pandemic sehingga Bolmong tidak merasakan dampak adanya pandemic Covid-19. Kami tetap melaksanakan kegiatan berkebun, bertani dan nelayan.
Selanjutnya, Retno Sulistyowati menanyakan langkah Pemerintah sendiri menyiapkan berbagai program yang disalurkan kepada daerah. Sejauh mana program itu sudah sampai ke Bolmong, bantuan subsidi pupuk, bantuan bibit atau padi. Dari sector perbankan subsidi bunga, sudah berapa besar diterima.
Bupati mengatakan, Untuk bansos dari Pemerintah pusat masuk di Bolmong cukup besar, ada sekitar 14 ribu penerima untuk bahan pangan. Kemudain untuk pupuk, bibit saya kira masih sedikit jika dibandingkan dengan luas lahan dan petani di kabupaten Bolmong. Sehingga memaksa pemerintah Bolmong mengalokasi anggaran bibit dan pupuk untuk petani. Kami menjaga agar supaya tidak terjadi kelangkaan pangan dan ada daya beli masyarakat. Program Pemerintah pusat di Bolmong masuk tapi sedikit, sehingga memaksa kita menguras APBD. Kami alihkan dari dana pembangunan infrastruktur untuk memberikan bantuan stimulan untuk petani, berupa bibit dan pupuk supaya kita tidak terimbas pandemic covid-19.